TANGGAMUS—Bupati Tanggamus Hj. Dewi Handayani meminta kepada Drs. Hardasyah selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana untuk menghadiri “Sosialisasi dan Internalisasi” oleh BKKBN Lampung bersama jajaran Dinas Pemberdayaan Perempuan Provinsi Lampung, berthemakan “Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat Kab. Tanggamus”, di GBR Pekon Batukeramat, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kamis (22/06/2023).
Dalam sosialisasi ini menghadirkan narasumber dari Tim Pendamping Keluarga, yaitu Hermina dan Dewi, dan dihadiri oleh Ibu-Ibu PKK, kader Posyandu, Ibu Hamil, Ibu menyusui, dan Catin (Calon Pengantin) di Pekon Batukeramat.
Orang nomor satu di Kabupaten Tanggamus, Hj. Dewi Handayani mengatakan bahwa Pekon Batukeramat menduduki peringkat tertinggi stunting se-Kabupaten Tanggamus.
"Batukeramat adalah pekon yang strategis, selain letaknya yang dipinggir jalan, didepan rumah warga masyarakat banyak ditanami sayur mayur, jadi apa masalahnya? Disini semua terpenuhi bahkan air bersih tumpah ruah,tetapi apa penyebabnya sehingga membuat Batukeramat menjadi wilayah stunting tertinggi se-Kabupaten Tanggamus,” ujar nya.
Dewi Handayani menegaskan, bisa saja anak-anak yang mengalami stunting sedikit. Tetapi, penyebabnya lah yang banyak. “Untuk itu, menjadi tugas kita bersama agar stunting di Pekon Batukeramat ini, dapat diminimalisir secepat mungkin,” tegas bupati.
Drs. Hardasyah mengatakan, bahwa Kabupaten Tanggamus terdata sebanyak 25,6% pada tahun 2021 stunting terbesar se-Provinsi Lampung. Kemudian pada tahun 2022 terdapat penurunan 20,4% dan menempati posisi 12 besar. Selanjutnya ditahun ini 2023 menjadi 17,6%, dengan harapan presentase ini akan terus turun sampai di tahun 2024 mendatang, agar sesuai dengan target nasional yaitu 14%. Jika turun dibawah 14% itu akan lebih baik.
Hermina selaku pemateri dari tim pendamping keluarga mengungkapkan beberapa penyebab stunting yaitu, kurang asupan gizi selama hamil, kebutuhan gizi anak kurang tercukupi, kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pola asuh anak, terbatasnya akses pelayanan kesehatan, kurangnya akses air bersih dan sanitasi, serta masih kurangnya akses makanan bergizi.
Ibu-ibu PKK mengatakan, bahwa Posyandu di Pekon Batukeramat sempat libur selama 2 tahun karena Covid 19. Dari 160 anak yang berhak melakukan posyandu, hanya sekitar 60 anak saja yang aktif mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga sangat disayangkan kurangnya minat orang tua untuk membawa anak-anaknya ke posyandu.
“saya berharap kepada para orang tua yang anak-anaknya sudah memenuhi masa posyandu, selalu hadir di posyandu, agar petugas posyandu dapat mengetahui setiap perkembangan anak untuk mencegah sejak dini terjadinya stunting,” imbuhnya lagi (*)
Reporter : Jihan – Biro Tanggamus
Editor : Mirza Erina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar